TENTANG
PERKEBUANAN KELAPA SAWIT
1.
Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama
perkebunan Indonesia, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit
merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil
minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari).
Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan
tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha.
(Sunarko, 2007)
Para
ahli telah membuat satu bagan yang menggambarkan multi guna kelapa sawit dengam
membuat industri kelapa sawit.Berdasarkan bagan industri dari produk hulu,
kelapa sawit dapat menghasilkan jenis-jenis produk sebagai berikut: 1). Minyak
sawit (CPO) yang menghasilkan carotene, tocopherol, olein, stearin, soap stok,
dan free fatty acid, 2).Inti sawit
menghasilkan minyak pati dan bungkil, 3).Tempurung menghasilkan arang, 4).Serat
menghasilkan bahan bakar dan sumber selulosa, 5).Tandan kosong digunakan
sebagai sumber selulosa dan pupuk kompos. (Setyamidjaja, 2006)
Menurut Steqo (2010), benih unggul yang
dihasilkan memiliki beberapa kelas yaitu:1). Benih Penjenis (breeder seed) adalah material pembiak
vegetatif yang dihasilkan langsung oleh peneliti, benih ini digunakan sebagai
benih dasar. 2). Benih Dasar (foundation
seed) adalah hasil turunan pertama dari benih penjenis, identitas genetik
maupun kemurniannya dijaga baik, benih ini merupakan sumber dari semua benih
sebar. 3). Benih Sebar yaitu benih turunan dari benih dasar dan benih pokok
yang langsung digunakan petani untuk dibudidayakan, supaya dapat menghasilkan
benih yang bersertifikat atau benih sebar yang terjamin mutunya, baik genetik
maupun kemurniannya.
2. Jenis Kelapa Sawit
Berdasarkan
ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut:
- Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17 %.
- Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
- Pesifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil dan rendemen minyak tinggi 23-25%, tandan buah hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.(Sastrosayono, 2007)
3
Klasifikasi Kelapa Sawit
Menurut Pahan (2009), Kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut .
Divisi : Embryophita Siphonagama.
Divisi : Embryophita Siphonagama.
Kelas :
Angiospermae.
Ordo :
Monocotyledonae.
Famili :
Arecaceae.
Subfamily : Cocoideae,
Genus :
Elaesis.
Species :
1. E.guineensis Jacq, 2. E.oleifera, 3. E.odora.
4. Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan dapat dilakukan dengan
satu tahap atau dua tahap pekerjaan.Pembibitan satu tahap berarti kecambah
kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan
utama (main nursery).Pebibitan dua
tahap artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan
polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke pembibitan utama(main nursery)ketika berumur 3-4 bulan
menggunakan polibag yang lebih besar.Satu hektar lahan tanaman dengan populasi
143 pohon membutuhkan jumlah bibit +220 batang dengan asumsi jumlah
bibit yang mati dan abnormal sekitar 25% dan
untuk kebutuhan penyulaman membutuhkan sekitar 10% dari keseluruhan
jumlah bibit.
Gambar 01. Pembibitan Awal (prenursery)
Gambar 02. Pembibitan Utama (main nursery)
5.
Penanaman Bibit Kelapa Sawit
Cara
menanam kelapa sawit yang benarakan
mempengaruhi kualitas tanaman dan buah yang akan dihasilkan. Langkah
selanjutnya adalah menanam bibit kelapa sawit yang sudah siap tanam ke
kebun.Bibit kelapa sawit sudah siap tanam setelah berumur 8 bulan dari awal pembibitan.
Pola penanaman kelapa sawit dapat dilakukan
monokular atau tumpang sari.Untuk tumpang sari biasanya hanya ditanami tumbuhan
yang dengan masa panen singkat seperti menanam tanaman singkong, menanam jagung, ataupun palawija lainnya.Hal ini
hanya untuk memanfaatkan lahan sembari menunggu kelapa sawit sudah besar dan
siap panen.Pada pola monokular, penanaman tumbuhan penutup sangat dianjurkan
untuk mengurangi pertumbuhan rumput liar dan juga untuk menambah nutrisi pada
tanah dan mencegah terjadinya erosi tanah.Biasanya yang sering digunakan
sebagai tanaman penutup (cover crop)
adalah jenis kacang-kacangan, pertimbangannya adalah tanaman jenis
kacang-kacangan lebih cepat tumbuh dan daunnya dapat menjadi pupuk kompos.
Gambar
03. Pola Tumpang Sari
Gambar
04. Pola Monokular
Dalam melakukan penanaman kelapa sawit yang harus
diperhatikan adalah jarak tanam antar pohon, dengan bentuk segitiga sama sisi
sehingga memungkinkan adanya gang dari segala arah. Jarak tanam yang dianjurkan
adalah 9 meter antar tanaman, hal ini selain untuk memberikan ruang tumbuh bagi
pohon kelapa sawit juga memberikan ruang bagi akar-akar kelapa sawit agar tidak
saling berebut nutrisi makanan pada tanah.
Untuk membuat bentuk segitiga sama sisi dapat
dilakukan dengan menggunakan tali tambang atau tali rafia. Mulailah
dengan menarik tali lurus dari tepi kebun ke tepi lainnya (timur-barat) dan
teruskan sampai keseluruh lahan. Langkah selanjutnya adalah memasang tali
dengan cara yang sama tegak lurus tali sebelumnya (utara-selatan). Setelah itu
pasangkan patok acuan setiap 9 meter pada tali utara-selatan.dan lakukan
pemasangan patok pada baris tali utara-selatan yang kedua namun dengan jarak 4,5
dan 7,8 meter dari tepi kebun, sehingga akan nampak patok zig-zag.
Gambar
05.Pola Jarak Tanam Kelapa Sawit
Setelah pembuatan patok acuan telah selesai
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah membuat lubang tanam. Buat lubang
tanam pada setiap patok dengan ukuran 50cm x 50cm dengan kedalaman 40cm. Pindahkan
semua bibit kelapa sawit mendekati lubang-lubang tanam, bukalah polybag dan
masukkan bibit kelapa sawit beserta tanah ke dalam lubang dan lakukan penutupan
menggunakan tanah sisa galian lubang.
Gambar
06. Lubang Tanam Kelapa Sawit
6. Perawatan Kelapa Sawit
a.Sensus Tanaman Kelapa Sawit
Sensus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi
semua tanaman kelapa sawit.
Setiap tanaman kelapa sawit
yang mati perlu dikumpulkan dan didata dengan benar. Begitu pula tanaman sawit
yang diselingi sisipan TBM maupun titik tanam yang kosong perlu dicatat. Sensus populasi tanaman
harus dilakukan secara rutin supaya tingkat pertumbuhannya terkendali.
b.Pengendalian Gulma,
Hama, dan Penyakit
Tahap ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas lahan
budidaya demi mempermudah akses terhadap pemupukan,pemeliharaan, pemanenan, dan
pengumpulan buah.Gulma, hama,
dan penyakit pada tanaman kelapa sawit perlu dikendalikan untuk menigkatkan kemampuan tanaman sawit khususnya dalam
mendapatkan nutrisi, air, dan sinar metode mekanik, biologis, maupun kimiawi.
a.
Pemupukan
Agar didapatkan hasil yang optimal, salah satu yang harus
diperhatikan adalah masalah pemupukan. Dalam pemupukan kelapa sawit, terdapat
hal-hal yang harus diperhatikan yang diantaranya yaitu:
· Sebelum melakukan pemupukan sebaiknya membersihkan terlebih dahulu piringan
dari alang-alang, rumput dan kotoran lainnya.
· Pupuk ditabur dengan merata dimulai dari 0.5 m dari pohon hingga ke pinggir
piringan pada areal yang telah dibersihkan.
·
Pada areal berteras, pupuk
disebarkan pada piringan dengan takaran 2/3 dari dosis untuk diberikan di
bagian dalam teras.
Gambar 07. Pemupukan
Kelapa Sawit
7. Prosedur Panen Buah Kelapa Sawit
Pada
umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah
serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilakan buah
20-22 tandan per-tahun.Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin
menurun menjadi 12-14 tandan per-tahun.Banyaknya buah yang terdapat dalam satu
tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya.
Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat
dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga
ketika masak. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari
tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut buah brondolan.
Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang
umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur kurang
dari 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan
gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 tahun atau
lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau
batang bambu.Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur
dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus
bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain lalu dikumpulkan di TPH.
Gambar 08. Panen Buah Kelapa Sawit
8. Pengankutan Tandan Buah
Segar (TBS)
Pada
umumnya pengangkutan buah menggunakan kendaraan truk (dump truck atau light
truck). Namunpada beberapa kasus (terutama kebun di areal gambut) pengangkutan
buah ada yang menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif (trailer) langsung
dari blok-blok ke pabrik. Namun ada juga kebun-kebun yang menggunakan kendaraan
sewa seluruhnya untuk pengangkutan buah (pengangkutan oleh kontraktor).
Gambar 09. Truk Angkut Tandan Buah Segar
(TBS)
Transport buah (Fruit Fresh Bunches = FFB)
merupakan salah satu
dari 3(tiga) mata rantai tanaman
sawit yaitu Panen, Angkut dan Olah atau disingkat PAO. Pada saat akan panen harus sudah
ditaksasi dari jumlah tandan buah segar (TBS) sehingga sudah dapat dihitung
kebutuhan angkutannya dan juga sudah dapat memperkirakan pengolahan selanjutnya.
9. Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Minyak Sawit (CPO
Proses pengolahan industri kelapa sawit
sampai menjadi minyak kelapa sawit atau yang biasa disebut dengan Crude Palm Oil(CPO) terdiri dari beberapa
tahapan yang dimulai dari:
a. Jembatan Timbang
Di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, jembatan timbang
yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk mengukur berat (tonase) semua
Truk Pengangkut Tandan Buah Sawit (TBS) baik dari perkebunan sawit swasta,
perkebunan rakyat (plasma) dan perkebunan pemerintah (PTPN). Jembatan Timbang
adalah salahsatu tahapan awal dalam proses pembuatan kelapa sawit menjadi CPO (Minyak Sawit).
Gambar 10.Jembatan
Timbang Truk Buah Sawit
b. Proses Perebusan Buah Sawit (Sterilizer)
Tandan Buah Segar dimasukan ke dalam sterilizer
dengan memakai capstan untuk
proses perebusan. Tujuan perebusan buah antara lain yaitu:
1. Mengurangi
peningkatan asam lemak bebas (ALB).
2. Menurunkan
kadar air pada buah sawit.
3. Melunakkan
daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari biji (nut).
c. Proses Penebahan (Threser Process)
Minyak sawit yang keluar dari Threser Screw dan main Screw ditampung dalam
talang minyak (oil gutter)untuk mempermudah pemisahan.Pengaliran minyak pada Threser Screw dilakukan dengan mesin injeksi uap beserta air panas.
d. Proses Pemurnian Minyak (Clarification Station)
Pemurnian Minyak (Clarification Station)
adalah menyimpan sementara minyak produksiyangdihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank
yang digunakan untuk menyimpan CPO harus rutin dibersihkan secara terjadwal dan
pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin supaya temperaturnya
terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar