Senin, 15 Agustus 2016

PERKEBUANAN KELAPA SAWIT



TENTANG
PERKEBUANAN KELAPA SAWIT

1. Kelapa Sawit
           Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha. (Sunarko, 2007)
             Para ahli telah membuat satu bagan yang menggambarkan multi guna kelapa sawit dengam membuat industri kelapa sawit.Berdasarkan bagan industri dari produk hulu, kelapa sawit dapat menghasilkan jenis-jenis produk sebagai berikut: 1). Minyak sawit (CPO) yang menghasilkan carotene, tocopherol, olein, stearin, soap stok, dan free fatty acid,  2).Inti sawit menghasilkan minyak pati dan bungkil, 3).Tempurung menghasilkan arang, 4).Serat menghasilkan bahan bakar dan sumber selulosa, 5).Tandan kosong digunakan sebagai sumber selulosa dan pupuk kompos. (Setyamidjaja, 2006)               
Menurut Steqo (2010), benih unggul yang dihasilkan memiliki beberapa kelas yaitu:1). Benih Penjenis (breeder seed) adalah material pembiak vegetatif yang dihasilkan langsung oleh peneliti, benih ini digunakan sebagai benih dasar. 2). Benih Dasar (foundation seed) adalah hasil turunan pertama dari benih penjenis, identitas genetik maupun kemurniannya dijaga baik, benih ini merupakan sumber dari semua benih sebar. 3). Benih Sebar yaitu benih turunan dari benih dasar dan benih pokok yang langsung digunakan petani untuk dibudidayakan, supaya dapat menghasilkan benih yang bersertifikat atau benih sebar yang terjamin mutunya, baik genetik maupun kemurniannya.

2. Jenis Kelapa Sawit
              Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

  1. Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17 %.
  2. Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
  3. Pesifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil dan rendemen minyak tinggi 23-25%, tandan buah hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.(Sastrosayono, 2007)


3 Klasifikasi Kelapa Sawit
         Menurut Pahan (2009), Kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut .  
Divisi          : Embryophita Siphonagama.
Kelas          : Angiospermae.
Ordo           : Monocotyledonae.
Famili         : Arecaceae.
Subfamily   : Cocoideae,
Genus         : Elaesis.
Species       : 1. E.guineensis Jacq, 2. E.oleifera, 3. E.odora.

4. Pembibitan Kelapa Sawit
              Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery).Pebibitan dua tahap artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke pembibitan utama(main nursery)ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar.Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon membutuhkan jumlah bibit +220 batang dengan asumsi jumlah bibit yang mati dan abnormal sekitar 25% dan  untuk kebutuhan penyulaman membutuhkan sekitar 10% dari keseluruhan jumlah bibit.
                                      
Gambar 01. Pembibitan Awal (prenursery)
 
Gambar 02. Pembibitan Utama (main nursery)

5. Penanaman Bibit Kelapa Sawit
Cara menanam kelapa sawit yang benarakan mempengaruhi kualitas tanaman dan buah yang akan dihasilkan. Langkah selanjutnya adalah menanam bibit kelapa sawit yang sudah siap tanam ke kebun.Bibit kelapa sawit sudah siap tanam setelah berumur 8 bulan dari awal pembibitan.
Pola penanaman kelapa sawit dapat dilakukan monokular atau tumpang sari.Untuk tumpang sari biasanya hanya ditanami tumbuhan yang dengan masa panen singkat seperti menanam tanaman singkong, menanam jagung, ataupun palawija lainnya.Hal ini hanya untuk memanfaatkan lahan sembari menunggu kelapa sawit sudah besar dan siap panen.Pada pola monokular, penanaman tumbuhan penutup sangat dianjurkan untuk mengurangi pertumbuhan rumput liar dan juga untuk menambah nutrisi pada tanah dan mencegah terjadinya erosi tanah.Biasanya yang sering digunakan sebagai tanaman penutup (cover crop) adalah jenis kacang-kacangan, pertimbangannya adalah tanaman jenis kacang-kacangan lebih cepat tumbuh dan daunnya dapat menjadi pupuk kompos.
                         
Gambar 03. Pola Tumpang Sari
   
Gambar 04. Pola Monokular
Dalam melakukan penanaman kelapa sawit yang harus diperhatikan adalah jarak tanam antar pohon, dengan bentuk segitiga sama sisi sehingga memungkinkan adanya gang dari segala arah. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 9 meter antar tanaman, hal ini selain untuk memberikan ruang tumbuh bagi pohon kelapa sawit juga memberikan ruang bagi akar-akar kelapa sawit agar tidak saling berebut nutrisi makanan pada tanah.
Untuk membuat bentuk segitiga sama sisi dapat dilakukan dengan menggunakan tali tambang atau tali rafia.  Mulailah dengan menarik tali lurus dari tepi kebun ke tepi lainnya (timur-barat) dan teruskan sampai keseluruh lahan. Langkah selanjutnya adalah memasang tali dengan cara yang sama tegak lurus tali sebelumnya (utara-selatan). Setelah itu pasangkan patok acuan setiap 9 meter pada tali utara-selatan.dan lakukan pemasangan patok pada baris tali utara-selatan yang kedua namun dengan jarak 4,5 dan 7,8 meter dari tepi kebun, sehingga akan nampak patok zig-zag.

Gambar 05.Pola Jarak Tanam Kelapa Sawit


Setelah pembuatan patok acuan telah selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah membuat lubang tanam. Buat lubang tanam pada setiap patok dengan ukuran 50cm x 50cm dengan kedalaman 40cm. Pindahkan semua bibit kelapa sawit mendekati lubang-lubang tanam, bukalah polybag dan masukkan bibit kelapa sawit beserta tanah ke dalam lubang dan lakukan penutupan menggunakan tanah sisa galian lubang.
Gambar 06. Lubang Tanam Kelapa Sawit
6. Perawatan Kelapa Sawit
a.Sensus Tanaman Kelapa Sawit
Sensus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi semua tanaman kelapa sawit. Setiap tanaman kelapa sawit yang mati perlu dikumpulkan dan didata dengan benar. Begitu pula tanaman sawit yang diselingi sisipan TBM maupun titik tanam yang kosong perlu dicatat. Sensus populasi tanaman harus dilakukan secara rutin supaya tingkat pertumbuhannya terkendali.
b.Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit
Tahap ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas lahan budidaya demi mempermudah akses terhadap pemupukan,pemeliharaan, pemanenan, dan pengumpulan buah.Gulma, hama, dan penyakit pada tanaman kelapa sawit perlu dikendalikan untuk menigkatkan kemampuan tanaman sawit khususnya dalam mendapatkan nutrisi, air, dan sinar metode mekanik, biologis, maupun kimiawi.
a.    Pemupukan
Agar didapatkan hasil yang optimal, salah satu yang harus diperhatikan adalah masalah pemupukan. Dalam pemupukan kelapa sawit, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan yang diantaranya yaitu:
·       Sebelum melakukan pemupukan sebaiknya membersihkan terlebih dahulu piringan dari alang-alang, rumput dan kotoran lainnya.
·       Pupuk ditabur dengan merata dimulai dari 0.5 m dari pohon hingga ke pinggir piringan pada areal yang telah dibersihkan.
·       Pada areal berteras, pupuk disebarkan pada piringan dengan takaran 2/3 dari dosis untuk diberikan di bagian dalam teras.
Gambar 07. Pemupukan Kelapa Sawit
 7. Prosedur Panen Buah Kelapa Sawit
       Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilakan buah 20-22 tandan per-tahun.Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12-14 tandan per-tahun.Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya.
Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut buah brondolan.
Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur kurang dari 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu.Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain lalu dikumpulkan di TPH.
Gambar 08. Panen Buah Kelapa Sawit
8. Pengankutan Tandan Buah Segar (TBS)
            Pada umumnya pengangkutan buah menggunakan kendaraan truk (dump truck atau light truck). Namunpada beberapa kasus (terutama kebun di areal gambut) pengangkutan buah ada yang menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif (trailer) langsung dari blok-blok ke pabrik. Namun ada juga kebun-kebun yang menggunakan kendaraan sewa seluruhnya untuk pengangkutan buah (pengangkutan oleh kontraktor).
Gambar 09. Truk Angkut Tandan Buah Segar (TBS)
Transport buah (Fruit Fresh Bunches = FFB) merupakan salah satu dari 3(tiga) mata rantai tanaman sawit yaitu Panen, Angkut dan Olah atau disingkat PAO. Pada saat akan panen harus sudah ditaksasi dari jumlah tandan buah segar (TBS) sehingga sudah dapat dihitung kebutuhan angkutannya dan juga sudah dapat memperkirakan pengolahan selanjutnya.

9. Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Minyak Sawit (CPO
Proses pengolahan industri kelapa sawit sampai menjadi minyak kelapa sawit atau yang biasa disebut dengan Crude Palm Oil(CPO) terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari:

a. Jembatan Timbang

Di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit,  jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk mengukur berat (tonase) semua Truk Pengangkut Tandan Buah Sawit (TBS) baik dari perkebunan sawit swasta, perkebunan rakyat (plasma) dan perkebunan pemerintah (PTPN). Jembatan Timbang adalah salahsatu tahapan awal dalam proses pembuatan kelapa sawit menjadi CPO (Minyak Sawit).
Gambar 10.Jembatan Timbang Truk Buah Sawit

b. Proses Perebusan Buah Sawit (Sterilizer)

Tandan Buah Segar dimasukan ke dalam sterilizer dengan memakai capstan untuk proses perebusan. Tujuan perebusan buah antara lain yaitu:
1.    Mengurangi peningkatan asam lemak bebas (ALB).
2.    Menurunkan kadar air pada buah sawit.
3.    Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari biji (nut).
c. Proses Penebahan (Threser Process)
Minyak sawit yang keluar dari Threser Screw dan main Screw ditampung dalam talang minyak (oil gutter)untuk mempermudah pemisahan.Pengaliran minyak pada Threser Screw dilakukan dengan mesin injeksi uap beserta air panas.

d. Proses Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Pemurnian Minyak (Clarification Station) adalah menyimpan sementara minyak produksiyangdihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank yang digunakan untuk menyimpan CPO harus rutin dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin supaya temperaturnya terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar